• Headline

    Udara Terburuk : Hadiah Ulang Tahun Jakarta

    Foto/Google.com. Udara Buruk Jakarta.

    Sehubungan dengan adanya penelitian yang menyebutkan, Jakarta adalah kota yang memiliki pencemaran udara yang tinggi dan menempati urutan pertama di dunia menurut AirVisual pada 25 Juni 2019. Masker yang semula hanya digunakan bagi beberapa kalangan, tampaknya kini tak lagi pandang bulu. Setiap warga Jakarta mungkin membutuhkannya demi terhindar dari bahaya polusi udara di Jakarta.

    Polusi udara yang tinggi tentunya menjadi masalah bagi banyak orang, bukan hanya warga Jakarta saja yang kesehatannya bisa terganggu melainkan juga berpengaruh pada citra Indonesia di mata dunia yang menjadi kurang baik dengan prestasi yang satu ini. Udara di Jakarta dinilai sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja, bahkan dinilai memiliki kualitas yang buruk dan sangat tidak sehat.

    Menilik permasalahan yang satu ini, tentu akan selalu ada pihak-pihak yang disalahkan, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Banyak pula argumen dan opini yang muncul dari bermacam pihak untuk saling membela diri dan menentang semua pernyataan mengenai polusi udara tersebut. Banyak pula pihak yang saling menyalahkan satu sama lain, memperdebatkan, dan menimbulkan permasalahan baru. Hingga akhirnya kita saling berdebat dengan kondisi yang seharusnya kita selesaikan bersama, bukan diperdebatkan bersama-sama.

    Melihat Jakarta yang memiliki luas 650 kilometer persegi itu ternyata tidak mengharuskan masyarakat menggunakan masker di setiap sudut kota. Sebab, menurut Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta, Andono Warih yang dilansir di Kompas.com, menyampaikan bahwa udara Jakarta bersifat dinamis sehingga akan selalu berubah setiap harinya. Sedangkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebutkan buruknya udara di Jakarta adalah salah satunya akibat dari banyaknya kendaraan pribadi yang kini lebih banyak digunakan oleh masyarakat daripada transportasi umum. Hal itu membuat kemacetan dan polusi udara bertambah, sehingga hal tersebut berdampak kembali pada kita sebagai pengguna jalan dan sebagai manusia yang membutuhkan udara bersih. Padahal semua itu ternyata salah satunya berasal dari kita dan berdampak ke diri kita sendiri.

    Sebenarnya tak ada yang bisa disalahkan dari buruknya kondisi Jakarta saat ini. Memang dapat dibenarkan jika transportasi pribadi kini sedang merajai jalanan, bisa dibilang 75% pengguna jalanan adalah kita yang menggunakan kendaraan pribadi. Tapi tak bisa juga disalahkan bila Jakarta ternyata masih memiliki titik-titik kota yang memiliki udara yang bersih dan aman. Sebab, perubahan kondisi udara memang akan berubah sewaktu-waktu. Musim hujan juga nantinya mungkin akan berperan untuk memperbaiki udara di musim kemarau ini, yang membuat udara terlihat lebih kotor dan tidak sehat.

    Kita sebagai masyarakat juga tak bisa tinggal diam. Kita harus lebih peduli dan kembali memikirkan kondisi Jakarta di tahun mendatang. Sebab, polusi udara juga diundang oleh kita sendiri dengan keegoisan kita yang menebang daerah resapan air, mengubah lahan-lahan menjadi perumahan dan pabrik, serta mendirikan berbagai macam gedung untuk berbagai kepentingan tanpa memikirkan dampak panjang ke depan. Sadarkah kita juga ikut andil atas tingginya udara buruk yang kita dapatkan saat ini?

    Kini bukan saatnya saling menyalahkan, melainkan harus menyadari diri kita masing-masing. Semua yang kita nikmati saat ini adalah tanggung jawab bersama. Ini bukan masalah pemerintah, bukan masalah dinas kebersihan, bukan masalah masyarakat, tetapi ini masalah kita bersama. Prestasi pencemaran udara terbaik yang diraih Jakarta saat ini mungkin menjadi hadiah menarik untuk Jakarta yang baru saja berulang tahun ke-492. Menjadi sebuah tamparan keras untuk Jakarta yang harus lebih berprestasi di bidang-bidang yang lebih baik, bukan hanya menjadi pemangku utama di tangga kategori kota dengan pencemaran udara terbaik di dunia.

    Mari dengan saksama kita perbaiki, saling bersinergi demi kota dan negara yang lebih baik. Tingkatkan kesadaran diri demi terwujudnya kualitas udara yang sehat. Jangan terlalu berpengaruh pada penilaian suatu lembaga, tapi fokuslah pada penilaian diri kita pribadi sejauh mana kita menikmati udara itu. Apakah ada penurunan kualitas atau sebenarnya Jakarta masih baik-baik saja? Hanya kita yang tahu dan merasakannya sendiri. Hanya kita juga yang bisa memberikan kado terbaik untuk Jakarta dengan membangun Jakarta yang lebih baik lagi. Selamat Ulang Tahun Jakarta, semoga prestasi ini bukan menjadi kado yang diinginkan di ulang tahun kali ini.

    2 comments: