• Headline

    Ibu, Pahlawan yang Serba Bisa

    Foto/dokumentasi pribadi.

    “Sa, jangan lupa siapin alat tulisnya, besok hari pertama sekolah,” teriak Ibu dari dapur. Begitulah euforia ketika mempersiapkan tahun ajaran baru. Memiliki empat anak bukanlah hal mudah ketika semuanya harus sekolah.

    Ibu selalu mengingatkan kembali persiapan apa yang belum terpenuhi, mulai dari buku tulis, alat tulis, seragam, hingga uang jajan, semua ibu yang menyiapkan.

    Ayah yang sibuk bekerja di luar negeri membuat ibu harus bekerja lebih ekstra. Menghadirkan sosok pelindung dari ayah dan tetap mempertahankan sikap bawel dan perhatian dari seorang ibu.

    Memang menjadi orang tua bukan perkara mudah. Itulah mengapa menikah membutuhkan persiapan yang matang, apalagi ketika Allah memberikan keturunan.

    Suatu ketika, Sasa dan keluarganya harus tinggal sementara di kontrakan kecil dekat sekolah. Mengingat adanya hambatan transportasi jika ayah sedang tidak di rumah. Biasanya, keempat anak ayah dan ibu selalu diantar dengan mobil sederhana milik ayah, orang lain menyebutnya mobil kotak sabun.

    Tapi, karena ayah tidak bisa lagi mengantar, kami harus menyewa rumah kecil di dekat sekolah agar lebih mudah ditempuh dengan hanya berjalan kaki.

    Perjalanan baru dimulai. Sasa dan keluarga harus mulai membiasakan diri tanpa ayah. Sasa yang saat itu pertama kali masuk sekolah tiba-tiba menangis tidak mau masuk kelas.

    Ia takut jika di sekolah nanti ia tidak mendapatkan teman. Hingga pelajaran sudah dimulai, Sasa masih saja menangis ditemani oleh wali kelasnya saat itu. Begitulah Sasa, gadis kecil yang lugu dan cengeng.

    Ibu guru yang tak tega, akhirnya menelpon ibu untuk memberitahu kabar Sasa di sekolah. Karena khawatir, langsung saja Ibu datang ke sekolah untuk menyemangati Sasa yang ketakutan.

    Begitulah ibu, begitu perhatian dan penuh pengorbanan. Padahal kita tahu, mungkin dari beberapa menit yang ibu gunakan untuk mengunjungi sekolah adalah waktu yang seharusnya ia gunakan di dapur untuk mengurus pekerjaan rumah yang lain.

    Ibu selalu bisa menenangkan hati anaknya. Sasa yang awalnya menangis saat itu sudah mau diajak belajar di kelas. Sementara di sisi lain, Ibu harus mengurusi biaya perpisahan kakak Sasa yang sebentar lagi lulus dari Sekolah Dasar. Tapi, entah mengapa ibu selalu bisa mengurusi segala hal dalam satu waktu. Begitu istimewanya menjadi seorang ibu.

    Hari demi hari dilewati. Sasa meminta sejumlah uang kepada ibu untuk kegiatan sekolahnya. Namun, saat itu perekonomian keluarga sedang tidak stabil. Ibu harus kembali bekerja ekstra untuk mengelola keuangan keluarga selama ditinggal ayah. Lagi-lagi, ibu harus memutar otak demi memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya.

    Hingga suatu ketika, ibu sudah jarang setia di rumah. Bekal untuk makan siang juga sudah jarang diantar ke sekolah. Sasa dan kedua kakak pun satu adiknya heran, mengapa hal itu bisa terjadi pada ibu. Tak seperti biasanya.

    Ternyata, diam-diam ibu bekerja. Pekerjaan ini mungkin tak semua ibu bisa melakukannya. Ya, menjadi seorang supir, lebih tepatnya menjadi seorang supir jemputan anak-anak TK.

    Ibu yang diam-diam belajar mengendarai mobil kini memberanikan diri untuk bawa mobil ke jalan raya. Sasa dan saudara kandungnya yang lain meresa terheran-heran.

    Perjuangan seorang ibu tidaklah mudah. Ada satu sisi di mana ibu harus fokus menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Namun, di sisi lain ternyata ibu adalah pahlawan di segala keadaan. Ia mampu menjadi apapun sesuatu kebutuhan keluarganya.

    Ketika ayah tidak di rumah, ia mampu menghadirkan sosok ayah untuk ikut mencari nafkah. Sementara, ia juga andal memainkan panci dan spatulanya untuk menjadi koki bagi anak-anaknya.

    Tak hanya itu, ibu juga mampu menjadi dokter bila anaknya sakit, dan mungkin masih banyak lagi peran-peran istimewa ibu yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

    Sasa adalah aku. Yang sangat bersyukur bisa memiliki ibu yang luar biasa. Semenjak itu, aku menyadari bahwa Allah memang sangat mengistimewakan seorang ibu, lebih-lebih dari perjuangannya saat melahirkan. Karena perjuangan ibu tak selesai sampai di situ, ia masih harus menghidupi keluarganya dengan segenap kemampuannya.

    Itulah mungkin yang membuat ibu disebut namanya tiga kali oleh Nabi shallalu’alaihi wasallam, karena perjuangannya yang tak sedikit serta ketulusan hatinya yang tak pernah pamrih.

    (Tulisan sudah dimuat di Muslimahdaily.com pada 19 Mei 2019)

    1 comment: