• Headline

    Belajar Tegar dari Amanda (2)

    Foto/Dokumentasi Pribadi. Manda dan Aca sedang berswafoto.


    Tangis Manda pecah saat teman-temannya membantu ia tanpa terkecuali. Semua teman sekelas membukakan jalan selebar-lebarnya saat Manda digendong. Teman-temannya pun membawakan tas dan barang Manda saat menuju lab. Namun, Manda sudah tidak sanggup jika harus melanjutkan perkuliahan Bu Wiwi. Kemudian, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

    Tak tinggal diam, Manda langsung ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kakinya. Dokter menyebutkan, bunyi yang terdengar dari kakinya adalah akibat dari otot yang lepas. Sebagai pemilik kaki bentuk O, Manda memang merasa kakinya semakin membengkok seiring dengan bertambah usianya.

    “Pertama kali periksa ke dokter, dia langsung nyuruh operasi. Dokter menyesalkan kenapa orang tuaku baru memeriksakan aku di umur 19 tahun. Padahal seharusnya tindakan ini dilakukan sejak aku masih kecil,” jelas Manda. Sejak Manda kecil, orang tuanya sering membawanya ke pengobatan alternatif. Namun, orang tuanya tak pernah lagi bercerita tentang kelanjutan pengobatannya itu.

    Semenjak kejadian itu, Manda sudah jarang masuk kuliah. Pak Azhmy, sebagai dosen pembimbing akademiknya, menyarankan Manda untuk menyelesaikan semester 3-nya. Setelah itu, Manda mengambil cuti akademik di semester 4 agar lebih fokus pada kesehatannya.

    Manda sempat merasa terpuruk dengan keadaannya. Namun, berkat teman-teman sekelasnya, Manda menjadi lebih bersemangat. Teman-temannya menyuruh Manda untuk tidak memikirkan kuliah. Mereka menyarankan Manda untuk fokus pada kesehatannya agar ia cepat pulih. Perempuan penyuka warna merah muda itu merasa sangat bersyukur bisa memiliki teman-teman yang peduli seperti teman sekelasnya.

    Hari demi hari Manda lalui. Ia hanya bisa menjalani hidupnya dengan makan, tidur, dan bolak-balik ke rumah sakit untuk cek keadaannya. Kondisi keluarga pun sedang tidak baik-baik saja. Ibunya Manda telah berpulang sejak 1 Desember 2016. Sementara ayahnya sudah pensiun dan kakak keduanya, Niken, bekerja sebagai guru honorer.

    “Sempat kepikiran buat masalah biaya. Awalnya pakai BPJS, tapi kadang-kadang juga pakai uang papa, walaupun aku gak tau uangnya dari mana,” jelas perempuan berjilbab itu. Manda juga khawatir karena papanya pun sedang sakit, yaitu mengidap penyakit jantung hingga tahap pemasangan ring.

    Tidak hanya sekali, Manda sudah melakukan operasi sebanyak 4 kali, yaitu 3 kali operasi kaki kiri dan satu kali operasi kaki kanan. Berbagai rangkaian pengobatan Manda jalani dengan hati yang tegar. Hingga pada akhirnya, Manda harus lebih tegar lagi ketika ayahnya meninggal dunia setelah 2 minggu pasca Manda operasi yang keempat kalinya.

    Sedih yang bertubi-tubi Manda rasakan. Mulai dari ditinggal sang ibu, diberikan ujian kesehatan, hingga ditinggal sang ayah untuk selama-lamanya. Setelah semua itu terlewati, Manda harus berjuang lebih keras lagi untuk sembuh. Ia kini tinggal berdua bersama kakak keduanya, Niken, karena kakak pertamanya sudah berumah tangga dan tinggal di tempat yang berbeda dari Manda dan Niken.

    “Gatau apa yang bikin aku bisa jalanin semuanya, yang jelas teman-teman itu berperan penting banget buat aku,” jelas Manda. Ia juga bercerita, tidak hanya teman-teman kuliahnya yang turut menyemangati Manda, tetapi juga teman SMP dan SMA semua ikut mendoakan. Seringkali mereka berkunjung ke rumah Manda untuk sekadar menghibur karena Manda tidak bisa keluar rumah. Sosok dosen pembimbing akademik pun, Pak Azhmy, turut menanyakan kabar Manda dengan rutin.

    Dari semua kesedihannya itu, kini Manda lebih bisa menerima keadaan. Ia belajar ikhlas dan menerima semua ketetapan-Nya. Manda kini berjuang bersama kakak keduanya, Niken, untuk hidup lebih tegar lagi. Meski secara langsung Niken tak pernah menyemangati Manda, tetapi Niken selalu mengingatkan Manda akan satu hal, “Sekarang kita cuma berdua, harus bisa saling mengerti. Gue tanpa lu, gak bisa. Begitupun lu tanpa gue,” kata Niken kepada Manda.

    Manda belajar arti kesabaran dari semua yang telah dilewatinya. Manda juga turut bersyukur telah dipertemukan dengan teman-teman baik yang selalu menemani Manda di titik paling rendah dalam hidupnya. Kini kondisinya sudah mulai membaik dan hati pun sudah mulai menerima. Manda mulai berkuliah lagi di semester 4 bersama teman baru yang dahulu adik tingkatnya.

    “Awalnya takut buat masuk kelas baru, sempat mikir macam-macam. Tapi teman yang lama selalu bilang, ‘kalau ada apa-apa bilang ya sama kita’,” jelas anak bungsu itu. Manda mulai semangat menjalani kuliahnya sampai gelar A.Md bisa diraihnya. Meski harus bersama teman baru, tapi semangatnya tak pernah surut bahkan menciptakan semangat yang baru.

    (Nurnafisah)

    1 comment: